Senin, 15 Desember 2008

Tips merawat rambut gimbal

Jika kalian memang sudah siap dengan style rambut gimbal, maka kalian harus siap dengan Perawatannya. Agak ribet memang bila dibandingkan dengan rambut biasa, namun perawatan ini kudu dilakukan demi menjaga kesuburan rambut. Nah, ada beberapa perawatan yang wajib dilakoni oleh pemilik rambut gimbal..,Yakni:
1. Keramas
Keramas bisa dilakukan sendiri atau di salon-salon yang memasang jasa keramas untuk rambut gimbal. Kalau di salon, memang kita tak perlu susah-susah, namun jika kita melakukannya sendiri tentunya akan berbeda. Untuk keramas yang dilakukan sendiri, disarankan untuk menggunakan air yang langsung mengalir/dari shower karena supaya kotoran langsung jatug ke bawah tidak meninggal di gulungan rambut. Biasanya juga keramas yang dilakukan sendiri ada yang memakai spon mandi atau merendam rambut di bak.
Tips saat keramas : gunakan jari-jari untuk memijat-mijat kulit kepala. Perlu hati-hati dan jangan terlalu keras karena bisa merusak gulungan rambuyang sudah digimbal. Air hangat lebih baik digunakan karena akan lebih mudah melarutkan kotoran.
Waktu keramas adalah sama ketika rambut kita masih biasa. Keramas bisa menggunakan sampo biasa dan sampo antiseptic. Setelah keramas, biasanya rambut gimbal dipijat dengan tonic/vitamin rambut.

2. Gunakan hairdryer
Ini berguna untuk mengeringkan rambut gimbal sehabis keramas. Hairdryer diperlukan untuk mengeringkan satu demi satu gulungan rambut yang gimbal, apalagi kalau gimbalnya gede-gede, air yang digunakan waktu keramas meresap kebagian/sela2 rambut, dan hairdryer bisa menjangkau bagian ini. Jangan terlalu dekat dengan rambut ketika memakai headrayer ini karena rambut akan mengkerut dan pecah-pecah. Dekatkan kira-kira dengan panasnya yang cukup. Gunakan juga handuk bersih untuk mengusap-usap bagian yang telah kering.

3. Gunakan obat kutu
4. Gunakan kupluk/salt untuk menutup rambut /melindungi rambut dari debu dan kotoran juga untuk menghindari dari panasnya terik matahari.
5. Reparasi rambut : Biasanya harus dilakukan 3 bulan sekali. Reparasi ini adalah dengan menyulam dan mengikat lagi rambut yang sudah tidak tertata rapi / keluar dari sulaman.



baca selengkapnya......

Cara mEmBuat Rambut gImbaL

Ada beberapa teknik dalam pembuatan rambut gimbal, yaitu:
1. Dibakar dengan menggunakan alumunium foil
Caranya: rambut disasak, dibungkus
dengan alumunium foil, lalu dibakar.
2. Rambut disasak, lalu diolesi dengan bahan naturatal atau kimia, kemudian rambut diputar-putar
3. Teknik ala mas Ipo adalah teknik Sasukat ( Sasak Sulam Ikat)
Caranya: kondisi rambut dicek terlebih dahulu, lalu disasak, kemudian disulam, dan terakhir adalah dengan diikat.
4. Dreadlock : rambut dibelit dan diikat

baca selengkapnya......

RambuT gImbaL(DreAdloCks)#2


One Love! One Heart!
Lets get together and feel all right.
Hear the children cryin (One Love!);
Hear the children cryin (One Heart!)
(One Love / People Get Ready)

Sepenggal syair lagu yang dinyanyikan oleh sang “nabi” Rasta... Bob Marley.
Seketika itu juga muncul di benak kita seorang penyanyi berambut gimbal yang turut menganggungkan musik reggae. Dan nyatanya rambut gimbal ini sudah melintas zaman dan masih disuka di abad 21 ini.
Bila mendengar dan melihat rambut gimbal, terbesit dalam pikiran kita, “ kotor, menjijikkan, dan ribet!!!Namun ternyata, rambut gimbal ini membawa trend sendiri di jagad gaulnya anak muda sekarang ini. Terkesan unik, fashionable, dan berkarakter menjadi alasan kaum muda untuk memilih rambut yang satu ini.
Rambut gimbal atau yang lazim disebut dreadlock selalu diidentikkan dengan musik reggae. Konon, rambut gimbal sudah dikenal sejak tahun 2500 SM. Sosok Tutankhamen, salah seorang Firaun dari masa Mesir Kuno, digambarkan memelihara rambut gimbal. Demikian juga dengan Dewa Shiwa dalam agama Hindu. Secara kultural, sejak beratus tahun yang lalu banyak suku asli di Afrika, Australia dan New Guinea yang dikenal dengan rambut gimbalnya. Di daerah Dieng Wonosobo hingga kini juga masih tersisa adat memelihara rambut gimbal para balita sebagai ungkapan spiritualitas tradisional.

Mengapa disebut dreadlock? Istilah ini berawal dari kaum Dread yang mengikuti ajaran religi rastafari. Dread berarti rasa gentar atau hormat pada Tuhan. Nah, tatanan rambut gimbal menjadi ciri khas dari kaum ini yang akhirnya memunculkan istilah dreadlock—tatanan rambut para Dread yang bersilang belit (locks). Dan dreadlock juga menjelma menjadi simbolisasi sosial Rasta (pengikut ajaran Rastafari. Waktu itu, rambut gimbal memang identik dengan gerakan-gerakan spiritualitas di Kebudayaan Barat maupun Timur. Selain itu juga, ada kepercayaan bahwa rambut gimbal membantu meningkatkan daya tahan tubuh, kekuatan mental-spiritual dan supernatural. Keyakinan tersebut dilatari kepercayaan bahwa energi mental dan spiritual manusia keluar melalui ubun-ubun dan rambut, sehingga ketika rambut terkunci belitan maka energi itu akan tertahan dalam tubuh.
Ketika musik reggae memasuki arus besar musik dunia pada akhir tahun 1970-an, sosok Bob Marley dan rambut gimbalnya menjadi ikon baru yang dipuja-puja. Dreadlock dengan segera menjadi sebuah trend baru dalam tata rambut dan cenderung lepas dari nilai spiritualitasnya. Apalagi ketika pada tahun 1990-an, dreadlocks mewarnai penampilan para musisi rock dan menjadi bagian dari fashion dunia hingga sekarang ini.
“Fashionable, artistik, unik, nggaya, dan lebih punya karakter itulah alasan saya berambut gimbal, “kata Yudi (28) yang sudah 1 tahun mencoba trend ini. Senada dengan itu, J Cunho, wisatawan Eropa yang juga berambut gimbal menjelaskan bahwa alasannya berambut gimbal adalah supaya terlihat keren, beda dengan yang lainnya, serta lebih bisa meng-improve diri. Yanto yang kebetulan juga pemusik reggae mengatakan bahwa rambut gimbal sangat mendukung performancenya saat manggung. Berbagai alasan dilontarkan oleh anak muda dalam memilih rambut gimbal sebagai bagian dari hidupnya. Walaupun terkesan lebih sulit perawatannya, tetapi tidaklah menjadi masalah bagi pecintanya.
Rambut gimbal ada bermacam jenisnya, seperti rambut gimbal asli, rambut asli yang dibuat gimbal, dan rambut gimbal sambungan yang disambung dengan bahan sintesis. Rambut gimbal yang asli ini biasanya dapat dilihat di Dieng Jawa Tengah yang memang bukan dijadikan trend, tetapi lebih pada kepercayaan mistis atau titisan roh kyai mumpun yakni Kyai Kolodite. Sementara itu, menurut Ipo seorang seniman rambut yang sekaligus pembuat rambut gimbal ini mengatakan bahwa rambut gimbal sintentis lebih streril dibandingkan kedua jenis rambut gimbal lainnya. Mengapa bisa demikian???Karena dua jenis rambut gimbal tersebut lebih rawan terserang oleh kutu atau penyakit rambut. Tetapi itu semua juga tergantung perawatan dari si pemakainya.
Ipo menjelaskan ada 2 bahan yang digunakan untuk membuat rambut gimbal yaitu bahan natural seperti air laut, lem, dan jus buah. Bahan yang kedua adalah bahan kimia seperti lem, lilin/malam, alumunium foil, dan sebagainya. Selain bahan, ada juga peralatan dalam membuat rambut gimbal yaitu gunting (gunting cucut, gunting besar dan kecil, dan gunting potong), sisir khusus bergerigi kecil, jepit cocor bebek, cutter, jarum sulam, meteran, dan rambut sintetis.
Pembuatan rambut gimbal ini tergantung panjang rambut yang digimbal. Untuk ukuran rambut gimbal standar (sebahu) biasanya memakan waktu kurang lebih 4 jam. Sementara itu, untuk rambut gimbal yang lebih panjang lagi bisa memakan waktu lebih dari 4 jam. Untuk harganya pun juga berbeda. Harga gimbal untuk rambut standar berkisar antara Rp 200.000-Rp 300.000, sedangkan untuk rambut gimbal yang lebih panjang berkisar antara Rp 300.000-Rp 500.000.

baca selengkapnya......

Jumat, 12 Desember 2008

raMbut gImbal (Dreadlocks)



Selain Bob Marley dan Jamaika, rambut gimbal atau lazim disebut “dreadlocks” menjadi titik perhatian dalam fenomena reggae. Saat ini dreadlock selalu diidentikkan dengan musik reggae, sehingga secara kaprah orang menganggap bahwa para pemusik reggae yang melahirkan gaya rambut bersilang-belit (locks) itu. Padahal jauh sebelum menjadi gaya, rambut gimbal telah menyusuri sejarah panjang.
Konon, rambut gimbal
sudah dikenal sejak tahun 2500 SM. Sosok Tutankhamen, seorang fir’aun dari masa Mesir Kuno, digambarkan memelihara rambut gimbal. Demikian juga Dewa Shiwa dalam agama Hindu. Secara kultural, sejak beratus tahun yang lalu banyak suku asli di Afrika, Australia dan New Guinea yang dikenal dengan rambut gimbalnya. Di daerah Dieng, Wonosobo hingga kini masih tersisa adat memelihara rambut gimbal para balita sebagai ungkapan spiritualitas tradisional.

Membiarkan rambut tumbuh memanjang tanpa perawatan, sehingga akhirnya saling membelit membentuk gimbal, memang telah menjadi bagian praktek gerakan-gerakan spiritualitas di kebudayaan Barat maupun Timur. Kaum Nazarit di Barat, dan para penganut Yogi, Gyani dan Tapasvi dari segala sekte di India, memiliki rambut gimbal yang dimaksudkan sebagai pengingkaran pada penampilan fisik yang fana, menjadi bagian dari jalan spiritual yang mereka tempuh. Selain itu ada kepercayaan bahwa rambut gimbal membantu meningkatkan daya tahan tubuh, kekuatan mental-spiritual dan supernatural. Keyakinan tersebut dilatari kepercayaan bahwa energi mental dan spiritual manusia keluar melalui ubun-ubun dan rambut, sehingga ketika rambut terkunci belitan maka energi itu akan tertahan dalam tubuh.

Seiring dimulainya masa industrial pada abad ke-19, rambut gimbal mulai sulit diketemukan di daerah Barat. Sampai ketika pada tahun 1914 Marcus Garvey memperkenalkan gerakan religi dan penyadaran identitas kulit hitam lewat UNIA, aspek spiritualitas rambut gimbal dalam agama Hindu dan kaum tribal Afrika diadopsi oleh pengikut gerakan ini. Mereka menyebut diri sebagai kaum “Dread” untuk menyatakan bahwa mereka memiliki rasa gentar dan hormat (dread) pada Tuhan. Rambut gimbal para Dread iniah yang memunculkan istilah dreadlocks—tatanan rambut para Dread. Saat Rastafarianisme menjadi religi yang dikukuhi kelompok ini pada tahun 1930-an, dreadlocks juga menjelma menjadi simbolisasi sosial Rasta (pengikut ajaran Rastafari).

Simbolisasi ini kental terlihat ketika pada tahun 1930-an Jamaika mengalami gejolak sosial dan politik. Kelompok Rasta merasa tidak puas dengan kondisi sosial dan pemerintah yang ada, lantas membentuk masyarakat tersendiri yang tinggal di tenda-tenda yang didirikan diantara semak belukar. Mereka memiliki tatanan nilai dan praktek keagamaan tersendiri, termasuk memelihara rambut gimbal. Dreadlocks juga mereka praktekkan sebagai pembeda dari para “baldhead” (sebutan untuk orang kulit putih berambut pirang), yang mereka golongkan sebagai kaum Babylon—istilah untuk penguasa penindas. Pertengahan tahun 1960-an perkemahan kelompok Rasta ditutup dan mereka dipindahkan ke daerah Kingston, seperti di kota Trench Town dan Greenwich, tempat dimana musik reggae lahir pada tahun 1968.

Ketika musik reggae memasuki arus besar musik dunia pada akhir tahun 1970-an, tak pelak lagi sosok Bob Marley dan rambut gimbalnya menjadi ikon baru yang dipuja-puja. Dreadlock dengan segera menjadi sebuah trend baru dalam tata rambut dan cenderung lepas dari nilai spiritualitasnya. Apalagi ketika pada tahun 1990-an, dreadlocks mewarnai penampilan para musisi rock dan menjadi bagian dari fashion dunia. Dreadlock yang biasanya membutuhkan waktu sekitar lima tahun untuk terbentuk, sejak saat itu bisa dibuat oleh salon-salon rambut hanya dalam lima jam! Aneka gaya dreadlock pun ditawarkan, termasuk rambut aneka warna dan “dread perms” alias gaya dreadlock yang permanen.

Meski cenderung lebih identik dengan fashion, secara mendasar dreadlock tetap menjadi bentuk ungkap semangat anti kekerasan, anti kemapanan dan solidaritas untuk kalangan minoritas tertindas.

baca selengkapnya......

RiWayat RegGae



Tahun 1968 banyak disebut sebagai tahun kelahiran musik reggae. Sebenarnya tidak ada kejadian khusus yang menjadi penanda awal muasalnya, kecuali peralihan selera musik masyarakat Jamaika dari Ska dan Rocsteady, yang

sempat populer di kalangan muda pada paruh awal hingga akhir tahun 1960-an, pada irama musik baru yang bertempo lebih lambat : reggae. Boleh jadi hingar bingar dan tempo cepat Ska dan Rocksteady kurang mengena dengan kondisi sosial dan ekonomi di Jamaika yang sedang penuh tekanan.

Kata “reggae” diduga berasal dari pengucapan dalam logat Afrika dari kata “ragged” (gerak kagok–seperti hentak badan pada orang yang menari dengan iringan musik ska atau reggae). Irama musik reggae sendiri dipengaruhi elemen musik R&B yang lahir di New Orleans, Soul, Rock, ritmik Afro-Caribean (Calypso, Merengue, Rhumba) dan musik rakyat Jamaika yang disebut Mento, yang kaya dengan irama Afrika. Irama musik yang banyak dianggap menjadi pendahulu reggae adalah Ska dan Rocksteady, bentuk interpretasi musikal R&B yang berkembang di Jamaika yang sarat dengan pengaruh musik Afro-Amerika. Secara teknis dan musikal banyak eksplorasi yang dilakukan musisi Ska, diantaranya cara mengocok gitar secara terbalik (up-strokes), memberi tekanan nada pada nada lemah (syncopated) dan ketukan drum multi-ritmik yang kompleks.

Teknik para musisi Ska dan Rocsteady dalam memainkan alat musik, banyak ditirukan oleh musisi reggae. Namun tempo musiknya jauh lebih lambat dengan dentum bas dan rhythm guitar lebih menonjol. Karakter vokal biasanya berat dengan pola lagu seperti pepujian (chant), yang dipengaruhi pula irama tetabuhan, cara menyanyi dan mistik dari Rastafari. Tempo musik yang lebih lambat, pada saatnya mendukung penyampaian pesan melalui lirik lagu yang terkait dengan tradisi religi Rastafari dan permasalahan sosial politik humanistik dan universal.

Album “Catch A Fire” (1972) yang diluncurkan Bob Marley and The Wailers dengan cepat melambungkan reggae hingga ke luar Jamaika. Kepopuleran reggae di Amerika Serikat ditunjang pula oleh film The Harder They Come (1973) dan dimainkannya irama reggae oleh para pemusik kulit putih seperti Eric Clapton, Paul Simon, Lee ‘Scratch’ Perry dan UB40. Irama reggae pun kemudian mempengaruhi aliran-aliran musik pada dekade setelahnya, sebut saja varian reggae hip hop, reggae rock, blues, dan sebagainya.

baca selengkapnya......

BoB Marley naBi para RASTA_


Terlahir dengan nama Robert Nesta Marley pada Februari 1945 di St. Ann, Jamaika, Bob Marley berayahkan seorang kulit putih dan ibu kulit hitam.

Pada tahun 1950-an Bob beserta keluarganya pindah ke ibu kota Jamaika, Kingston. Di kota inilah obsesinya terhadap musik sebagai profesi menemukan pelampiasan. Waktu itu Bob Marley banyak mendengarkan musik R&B dan soul, yang kemudian hari menjadi inspirasi irama reggae, melalui siaran radio Amerika. Selain itu di jalanan Kingston dia menikmati hentakan irama Ska dan Steadybeat dan kemudian mencoba memainkannya sendiri di studio-studio musik kecil di Kingston.

Bersama Peter McIntosh dan Bunny Livingston, Bob membentuk The Wailing Wailers yang mengeluarkan album perdana di tahun 1963 dengan hit “Simmer Down”. Lirik lagu mereka banyak berkisah tentang “rude bwai” (rude boy), anak-anak muda yang mencari identitas diri dengan menjadi berandalan di jalanan Kingston. The Wailing Wailers bubar pada pertengahan 1960-an dan sempat membuat penggagasnya patah arang hingga memutuskan untuk berkelana di Amerika. Pada bulan April 1966 Bob kembali ke Jamaika, bertepatan dengan kunjungan HIM Haile Selassie I —raja Ethiopia– ke Jamaika untuk bertemu penganut Rastafari. Kharisma sang raja membawa Bob menjadi penghayat ajaran Rastafari pada tahun 1967, dan bersama The Wailer, band barunya yang dibentuk setahun kemudian bersama dua personil lawas Mc Intosh dan Livingston, dia menyuarakan nilai-nilai ajaran Rasta melalui reggae. Penganut Rastafari lantas menganggap Bob menjalankan peran profetik sebagaimana para nabi, menyebarkan inspirasi dan nilai Rasta melalui lagu-lagunya.

The Wailers bubar di tahun 1971, namun Bob segera membentuk band baru bernama Bob Marley and The Wailers. Tahun 1972 album Catch A Fire diluncurkan. Menyusul kemudian Burning (1973–berisi hits “Get Up, Stand Up” dan “ I Shot the Sheriff” yang dipopulerkan Eric Clapton), Natty Dread (1975), Rastaman Vibration (1976) dan Uprising (1981) yang makin memantapkan reggae sebagai musik mainstream dengan Bob Marley sebagai ikonnya.

Pada tahun 1978, Bob Marley menerima Medali Perdamaian dari PBB sebagai penghargaan atas upayanya mempromosikan perdamaian melalui lagu-lagunya. Sayang, kanker mengakhiri hidupnya pada 11 Mei 1981 saat usia 36 tahun di ranjang rumah sakit Miami, AS, seusai menggelar konser internasional di Jerman. Sang Nabi kaum Rasta telah berpulang, namun inspirasi humanistiknya tetap mengalun sepanjang zaman.

One Love! One Heart!
Lets get together and feel all right.
Hear the children cryin (One Love!);
Hear the children cryin (One Heart!)
(One Love / People Get Ready)

baca selengkapnya......

Senin, 01 Desember 2008

c2g bersAudara

kami c2g bersaudara selalu ingin menjadiyang terbaik,tapi gak bisa...
ya..biasalah kami kan anak2 badung...
guru zA gak da yG suka...
he..he..he...




GoD bLeSs yOu......

nE laH Nama2 Nak C2G :
1. fraNz sInatra
2. Cuya AsHdIQie
3. Awan
4. cO_by
5. AnGga RayEn
6. Ivan Id.ca.
7. KomEng MangOh

baca selengkapnya......

_tOnTonaN gRatIZzz_